BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Lipid, yang merupakan makronutrien penghasil energi
kedua, terus mengalami perkembangan. Walaupun kita biasa mendengar tentang
bahaya diet berlemak tinggi dan risiko penyakit jantung, tetapi kita juga
membaca tentang manfaat kesehatan dari diet Mediterania yang cukup tinggi
kandungan lemaknya. Sebuah survei konsumen terbaru menyelidiki alasan-alasan
mengapa masyarakat umum sangat menyukai hamburger-hamburger siap saji dan
survei ini menemukan jawaban antara lain “Memiliki rasa yang tidak ada duanya,”
“Cukup hangat dan menggoda,” dan “Tepat mengobati rasa lapar.” Sebagian besar
dari opini ini disebabkan oleh lemak. Lemak menambahkan cita rasa dan sensasi
dalam mulut yang nikmat bagi makanan kita dan berkontribusi bagi “perasaan puas
kita”. Lemak sendiri adalah sebuah gizi yang esensial.
Lazimnya, lemak memiliki tempat yang utama dalam diet
orang-orang Amerika. Akan tetapi, karena adanya pertimbangan-pertimbangan
kesehatan, sikap kita terhadap lipid makanan mulai berubah. Kita perlu menilai
bukan hanya seberapa banyak lemak yang kita makan, tetapi juga jenis lemak apa,
karena lemak-lemak berbeda memiliki efek yang berbeda terhadap tubuh dan
kesehatan kita. Sebagai profesional kesehatan kita perlu berfokus pada diet
total, bukan pada satu gizi saja. Lipid di kelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok lipid sederhana (simplelipids) dan kelompok lipid kompleks
(complex lipid). Lipid sederhana mencakup senyawa-senyawa yang tidak mudah
terhidrolisis oleh larutan asam atau basa dalam air dan terdiri
darisubkelompok-kelompok: steroid,prostaglandin dan terpena.Lipid kompleks
meliputi subkelompok-kelompok yang mudah terhidrolisis menjadi zat-zat penyusun
yang lebih sederhana, yaitu lilin (waxes) dan gliserida.
Komponen-komponencampuran lipid dapat difraksionasi
lebih lanjut dengan menggunakan perbedaan kelarutannyadidalam berbagai pelarut
organik. Sebagai contoh; fosfolipid dapat dipisahkan dari sterol danlemak
netral atas dasar ketidaklarutannya di dalam aseton.Suatu reaksi yang sangat
berguna untuk fraksionasi lipid, adalah reaksi penyabunan.
1.
Tujuan
Adapun tujuan pembahasan lipid dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian lipid
2.
Untuk mengetahui karakteristik lipid
3.
Untuk memahami fungsi lipid
4.
Untuk mengetahui metabolisme lipid
5.
Untuk mengetahui klasifikasi lipid
6.
Untuk memahami hubungan lipid dengan hormon dan
vitamin
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Lipid
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang
meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam
pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air.
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik nonpolar seperti suatu hidrokarbon atau dietil eter.
Lipid adalah ester asam lemak. Biasanya zat tersebut
tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak
adaah eter, chloroform, benzena, carbontetrachlorida, xylena, alkohol panas,
dan aseton panas. (Iskandar, 1974)
2.2. Fungsi Umum Lipid
Fungsi lipida termasuk (soendoro, 1981) :
1.
Penyimpan energy dan transport
2.
Struktur membrane
3.
Kulit pelindung, komponen dinding sel
4.
Penyampai kimia
Selain itu ada beberapa referensi peran lipid dalam
sistem makhluk hidup adalah sebagai berikut (Toha, 2005) :
1.
Komponen struktur membran
Semua membran sel termasuk mielin mengandung lapisan
lipid ganda. Fungsi membran diantaranya adalah sebagai barier permeabel.
1.
Lapisan pelindung pada beberapa jasad
Fungsi membran yang sebagian besar mengandung lipid
sperti barier permeabel untuk mencegah infeksi dan kehilangan atau penambahan
air yang berlebihan.
1.
Bentuk energi cadangan
Sebagai fungsi utama triasilgliserol yang ditemukan
dalam jaringan adiposa.
1.
Kofaktor/prekursor enzim
Untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid dalam darah,
koenzim A, dan sebagainya.
1.
Hormon dan vitamin
Prostaglandin: asam arakidonat adalah prekursor untuk
biosintesis prostaglandin, hormon steroid, dan lain-lain.
1.
Insulasi Barier
Untuk menghindari panas, tekanan listrik dan fisik.
2.3.
Karakteristik Lipid
Lemak berkarakteristik sebagai
biomolekul organik yang tidak larut atau sedikit larut dalam air dan dapat
diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene, heksana,
aseton dan alcohol panas. Di masa lalu, lemak bukan merupakan subjek yang
menarik untuk riset biokimia. Karena kesukarannya dalam meneliti senyawa yang
tidak larut dalam air dan berfungsi sebagai cadangan energi dan komponen
struktural dari membran, lemak dianggap tidak memiliki peranan metabolik
beragam seperti yang dimiliki biomolekul lain, contohnya karbohidrat dan asam
amino.
Namun, dewasa ini, riset lemak merupakan subjek yang
paling menawan dari riset biokimia, khususnya dalam penelitian molekular
mengenai membran. Pernah diduga sebagai struktur lembam (inert), dewasa ini
membran dikenal secara fungsional sebagai dinamik dan suatu pengertian
molekular dari fungsi selularnya merupakan kunci untuk menjelaskan berbagai
komponen biologi yang penting, contohnya, sistem transport aktif dan respon
selular terhadap rangsang luar (Armstrong, 1995).
Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung
banyak lipid terutama lemak kira-kira sekitar 90%, dalam jaringan otak atau
dalam telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5-30% (Riawan, 1990).
Lipid menurut International Congress of Pure and
Applied Chemistry adalah kelompok senyawa kimia yang mempunyai sifat-sifat
:
1.
Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik seperti eter,
CHCl3, benzen,alkohol/aseton panas, xylen, dll. serta
dapat diekstraksi dari sel hewan/tumbuhan dengan pelarut tersebut.
2. Secara
kimia, penyusun utama adalah asam lemak (dalam 100 gram lipid terdapat 95%asam
lemak).
3. Lipid
mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia seperti asam lemak essential
(EFA contohnya asam linoleat) dari asam linoleat dapat dibuat asam linolenat
dan asam arakidonat. (
Dalam penjelasan yang lain di sebutkan bahwa
karakteristik suatu lipid dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
2.3.1. Karakteristik Fisik Lipid
Berikut ini adalah beberapa karakteristik fisik lipid,
yaitu (Rolifartika, 2011) :
1.
Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat
padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
2.
Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung
asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung
asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul
asam stearat) mempunyai titik lebur 71 °C, sedangkan triolein (ester gliserol
dengan tiga molekul asam oleat) mempunyai titik lebur –17 °C.
3.
Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut
dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak
larut dalam air.
4.
Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol
panas merupakan pelarut lemak yang baik.
5.
Pada suhu kamar, jika berbentuk cair cenderung
disebut dengan minyak. Jika berbentuk padat disebut sebagai lemak.
6.
Tidak larut dalam air sehingga disebut hidrofobik
(takut air), sifat ini sangat penting dalam pembentukan membran sel
7.
Namun, fosfolipid bersifat ampifatik, yaitu dalam satu
molekul ada bagian molekul yang nonpolar dan hidrofob dan di bagian ada yang
polar dan hidrofil (suka air).
1.
Larut dalam solven semacam alkohol, hidrogen, dan
oksigen, tetapi kadar oksigen setiap molekulnya lebih rendah dari yang dimiliki
karbohidrat. Juga larut dalam pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter.
Minyak mempunyai titik leleh dan titik didih lebih rendah daripada lemak.
2.3.2. Karakteristik
Kimia Lipid
Beberapa karakteristik lipid adalah sebagai berikut
(Iskandar, 1974):
1.
Penyabunan atau Saponifikasi (Latin, sapo = sabun)
Hidrolisis yang paling umum adalah dengan alkali atau
enzim lipase. Hidrolisis dengan alkali disebut penyabunan karena salah satu
hasilnya adalah garam asam lemak yang disebut sabun
Reaksi umum:
Reaksi hidrolisis berguna untuk menentukan bilangan
penyabunan. Bilangan penyabunan adalah
bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabun
satu gram lemak atau minyak. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada
panjang pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat juga dikatakan bahwa
besarnya bilangan penyabunan tergantung pada massa molekul lemak tersebut.
Hidrolisis dari trigliserida biasanya oleh enzim
lipase akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Fosfolipase merupakan enzim
yang menghidrolisis fosfolipid dan ternyata terdapat beberapa fosfolipase,
diantaranya fosfolipase A, yang dapat mengurai ikatan antara gliserol dan asam
lemak tidak jenuh. Fosfolipase B, menguraikan ikatan antara asam lemak baik
yang jenuh dan yang tidak. Fosfolipase C membebaskan ikatan antara gliserol
dengan fosfat-basa-nitrogen. Fosfolipase D akan membebaskan ikatan antara
basa-nitrogen dengan asam fosfat.
Reaksi lemak dengan alkali dinamakan penyabunan.
Beberapa zat pada lipid tidak dapat disabunkan, akan tetapi larut dalam eter.
Karena sabun tidak larut dalam eter, maka kedua zat tersebut dapat dipisahkan
dengan memakai eter. Beberapa zat yang tidak dapat disabunkan diantaranya,
beberapa macam keton, alkohol dengan jumlah atom C yang tinggi, steroid. Bila
lemak dapat disabunkan maka dia mempunyai nilai yang disebut angka penyabunan.
Angka penyabunan ialah banyaknya mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gr
lemak atau minyak. Gunanya untuk menentukan berat molekul lemak atau minyak
tersebut.
1.
Pembentukan membran, misel (micelle) dan emulsi.
Pada umumnya lipid tidak larut dalam air, karena
mengandung hidrokarbon adalah nonpolar. Akan tetapi asam lemak, beberapa
fosfolipid, sfingolipid mengandung lebih banyak bagian yang polar dibandingkan
dengan bagian yang non polar. Karena itu dinamakan polar lipid. Polar lipid
tersebut sebagian larut dalam air, dan bagian lain larut dalam pelarutan
nonpolar. Pada oil water interface, bagian yang
polar dalam fase air (water phase) sedangkan bagian yang nonpolar pada fase
minyak (oil phase). Dengan adanya polar lipid tersebut dapat membentuk membran
biologik dengan lapis ganda (double layer).
Misel (Micelle), bila polar lipid mencapai konsentrase
tertentu yang terdapat pada aqueous medium, maka akan terbentuk misel.
Pembentukan garam empedu menjadi misel, sehingga memudahkan pencernaan lemak,
merupakan mekanisme yang penting untuk penyerapan lemak di usus halus.
Emulsi, adalah partikel-partikel koloid yang besar,
yang dibentuk dari non polar lipid di dalam aqueous medium. Untuk kestabilannya
biasanya dipakai emulgator (emulsifying agent) sperti lesitin (polar lipid).
1.
Halogenasi
Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat
sebagai ester dalam lemak atau minyak mengadisi halogen (I2 tau Br2) pada
ikatan rangkapnya.
Gambar:
Karena derajat absorpsi lemak atau minyak sebanding
dengan banyaknya ikatan rangkap pada asam lemaknya, maka jumlah halogen yang
dapat bereaksi dengan lemak dipergunakan untuk menentukan derajat
ketidakjenuhan. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang
terkandung dalam lemak, diukur dengan bilangan yodium. Bilangan yodium adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya gram yodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Yodium dapat
bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul yodium mengadakan
reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu makin banyak ikatan
rangkap, maka makin besar pula bilangan yodium.
1.
Hidrogenasi
Dengan adanya katalisator (Pt atau Ni) maka
lemak-lemak tak jenuh (biasanya lemak tumbuh-tumbuhan) dapat dihidrogenasi
sehingga membentuk asam lemak jenuh, sehingga dapat menjadi lebih keras. Metode
ini dapat dipakai unutuk membuat lemak buatan (margarin) dari minyak. Sejumlah
besar industri telah dikembangkan untuk merubah minyak tumbuhan menjadi lemak
padat dengan cara hidrogenasi katalitik (suatu reaksi reduksi). Proses konversi
minyak menjadi lemak dengan jalan hidrogenasi kadang-kadang lebih dikenal
dengan proses pengerasan. Salah satu cara adalah dengan mengalirkan gas
hidrogen dengan tekanan ke dalam tangki minyak panas (200 °C) yang mengandung
katalis nikel yang terdispersi.
1.
Ransid, Tengik (Rancidity)
Ransid atau tengik adalah perubahan kimiawi dari lemak
atau minyak sehingga terjadi perubahan bau dan rasa dari minyak tersebut.
Proses ini agaknya proses oksidasi dari udara bebas, pada ikatan rangkap
sehingga terbentuk ikatan peroksida. Timbel (Pb) dan tembaga (Cu) mempercepat
proses ketengikan. Sebaliknya menghindarkan udara dan pemberian antioksidan
mencegah ketengikan.
1.
Angka Keasaman
Ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dari 1 gr lemak. Gunanya untuk menetukan banyaknya asam lemak yang
terdapat pada lemak tersebut.
1.
Angka Iodine
Banyaknya iodine (dalam gr) yang diperlukan untuk
diabsorbsi oleh 100 gr lemak (minyak). Gunanya untuk menetukan banyaknya
(derajad) ketidakjenuhan dari lemak.
1.
Angka Asetat
Ialah mg KOH yang diperlukan untuk menetralisasikan
asam asetat yang didapat dari 1 gr lemak yang telah diasetilkan. Gunanya untuk
menetukan banyaknya gugusan hidroksil dari lemak tersebut.
2.4.
Klasifikasi Lipid
Lipid yang terdapat dalam tubuh dapat diklasifikasikan
menurut struktur kimianya ke dalam 5 grup, seperti pada tabel di bawah. Asam
lemak, kelas pertama , berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Selain
itu, asam lemak adalah blok pembangun dario asamlemak ini kompleks – kompleks
lipid disintetis. Prostaglandin, yang dibentukdariasam lemak tidak jenuh ganda
tertentu, adalah substansi pengatur intrasel yang mengubah tanggapan –
tanggapan sel terhadap rangsangan luar. Karena prostaglandin berperan dalam
kerja hormon. Kelas lipid kedua terdiri dari ester-ester gliseril. Ester-ester
ini termasuk pula asilgliserol, yang selain merupakan senyawa antara atau
pengangkut metabolik dan bentuk penyimpanan asam lemak, dan fosfogliserid yang
merupakan komponen utama lipid dari membran sel. Sfingolipid, kelas ketiga,
juga merupakan komponen membran. Mereka berasal dari alkohollemak sfingosin.
Sterol mencangkup kelas ke empat lipid. Derivat sterol, termasuk kolesterol,
asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D sangat penting dari segi kesehatan.
Aspek-aspek metabolisme ester kolesteril yang berkaitan dengan bagian-bagian
asam lemaknya. Terpen, kelas terakhir lipid, mencangkup dolikol dan vitamin A,
E, K yang larut dalam lemak. Derivat-derivat isoprene ini terdapat dalam jumlah
kecil, tetapi mempunyai fungsi metabolik yang sangat penting dan terpisah.
Tabel klasifikasi dan fungsi lipid
No
|
Lipid
|
Fungsi
|
1
|
Asam Lemak
Prostaglandin
|
Bahan bakar metabolik, blok pembangun untuk lipid
lainModulator intrasel
|
2
|
EstergliserilAsilgliserol
Fosfogliseril
|
Penyimpanan asam lemak, senyawa metabolik
Struktur membran
|
3
|
SfingolipidSfingomielin
Glikosfingolipid
|
Struktur membran
Membran antigen, permukaan
|
4
|
Derivat sterolKolesterol
Ester Kolesterol
Asam empedu
Hormon steroid
Vitamin D
|
Membran dan struktur lipoprotein
Penyimpanan dan angkutan
Pencernaan lipid dan absorbsi
Pengaturan metabolik
Metabolisme kalsium dan fosfor
|
5
|
TerpenDolikol
Vitamin A
Vitamin E
Vitamin K
|
Sintesis glikoprotein
Penglihatan, integritas epitel
Antioksidan lipid
Pejendalan darah
|
1.
Asam Lemak
Asam lemak merupakan senyawa yang disajikan dalam
bentuk rumus kimiawi sebagai R-COOH, dengan R adlah rantai alkil yang tersusun
dari atom-atom karbon dan hidrogen.
1.
Ester kolesterol
Ester kolesterol mengandung asam lemak yang diesterkan
menjadi gugus 3-β-hidroksil dari sistem cincin steroid. Terbentuk dalam tetesan
lipid intrasel dan dalam lipoprotein plasma
1.
Asilgiserol (gliserid)
Ester asam lemak dari gliserol, asilgliserol, sering
dinamakan gliserid. Kelas gliserid tergantung pada jumlah gugus alkohol
gliserol yang diesterkan.
1.
Fosfogliserid
Asilgliserol yang mengandung stasam fosfat diesterkan
pada gugus C3-hidroksil disebut fosfogliserid. Molekul ini membentuk lapis
ganda yang bila dihamburkan pada larutan berair, dan merupakan bentuk utama
struktur membran sel.
1.
Sfingomielin
Struktur ini merupakan komponen utama dari banyak
membran eritrosit manusia.
2.5. Metabolisme Lipid
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya
adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3
asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan
gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut
dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam
lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.
Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non
polar berada di sisi dalam
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena
tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut
emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini
asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan
berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron
ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga
bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan
menuju hati dan jaringan adiposa.
Struktur kilomikron. Perhatikan fungsi kilomikron sebagai pengangkut
trigliserida
Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron
segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam
lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida.
Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika
kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi
energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak
tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut
sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari
makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat
telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester
dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang.
Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam
lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan
trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan
menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil
metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke
dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika
kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis
menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil
KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya
kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai
hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto
asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis.
Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang
dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.
|
Ikhtisar metabolisme lipid
2.6. Hormon
Sebuah hormon (dari bahasa Yunani ὁρμή “dorongan”)
adalah kimia yang dilepaskan oleh sel atau kelenjar di salah satu bagian tubuh
yang mengirimkan pesan yang mempengaruhi sel-sel di bagian lain dari organisme.
Hanya sejumlah kecil hormon diperlukan untuk mengubah metabolisme sel. Pada
intinya, itu adalah utusan kimia yang mengangkut sinyal dari satu sel ke sel
lainnya. Semua organisme multiselular memproduksi hormon; hormon tanaman juga
disebut phytohormones. Hormon pada hewan sering diangkut dalam darah. Sel
merespon hormon ketika mereka mengekspresikan reseptor spesifik untuk hormon
itu. Hormon berikatan dengan protein reseptor, mengakibatkan aktivasi dari
mekanisme transduksi sinyal yang pada akhirnya mengarah pada tipe sel-tanggapan
khusus. (Bagus, 2011)
Hormon terdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat
digolongkan dalam tiga kelompok yakni:
2.6.1. Steroid
Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar
triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan
lima. (Zulfikar, 2010)
1.
Androgen
Androgen adalah istilah generik untuk senyawa alami
atau sintetis,
biasanya hormon steroid , yang merangsang atau mengendalikan pembangunan dan
pemeliharaan karakteristik maskulin vertebrates untuk mengikat ke androgen
receptors. Ini termasuk aktivitas dari aksesori organ sek laki-laki dan
perkembangan karakteristik seks sekunder. Androgen, yang pertama kali ditemukan
pada 1936, juga disebut androgenic hormon atau testoids. Androgens merupakan
dasar anabolic steroids. Mereka juga menjadi pelopor dari semua estrogens, pada
perempuan hormon seks. Utama dan paling terkenal adalah androgen testosterone.
Androgen ablation dapat digunakan sebagai terapi yang efektif dalam urologic
tertentu seperti kanker metastatic kanker prostata.
1.
Estrogen
Estrogen (atau oestrogen) adalah sekelompok senyawa steroid yang
berfungsi terutama sebagaihormon seks wanita.
Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita,
kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini
menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada
wanita, seperti payudara, dan juga terlibat dalam penebalan endometrium maupun
dalam pengaturan siklus haid. Pada saat menopause,
estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, di antaranya hot flash, berkeringat pada waktutidur, dan kecemasan yang
berlebihan.
Tiga jenis estrogen utama yang terdapat secara alami
dalam tubuh wanita adalah estradiol, estriol, danestron. Sejak menarche sampai menopause,
estrogen utama adalah 17β-estradiol. Di dalam
tubuh, ketiga jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen dengan
bantuan enzim.
Estradiol dibuat daritestosteron, sedangkan estron dibuat dari androstenadion. Estron
bersifat lebih lemah daripada estradiol, dan pada wanita pascamenopause estron
ditemukan lebih banyak daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan
telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip estrogen. Zat buatan yang
bersifat seperti estrogen disebut xenoestrogen,
sedangkan bahan alami dari tumbuhan yang memiliki aktivitas seperti estrogen
disebut fitoestrogen. Estrogen digunakan sebagai bahan pilkontrasepsi dan juga
terapi bagi wanita menopause.
Terpapar hormon estrogen berlebihan dan kumulatif,
dianggap dapat meningkatkan risiko terkenakanker payudara,
dan kanker endometrium. Mekanisme klasik estrogen akan berpengaruh
terhadap laju lintasan mitosis dan apoptosis dan
mengejawantah menjadi risiko kanker payudara dengan memengaruhi pertumbuhan jaringan epitelial.
Laju proliferasi sel yang
sangat cepat akan membuat sel menjadi rentan terhadap kesalahan genetika pada proses replikasi DNA oleh
senyawa spesi oksigen reaktif yang teraktivasi oleh metabolit estrogen.
Walaupun demikian, fitoestrogen dapat menurunkan risiko tersebut dengan
kapasitasnya berkompetisi dengan estrogen pada pencerapnya, sehingga
menstimulasi produksi globulin pengusung
hormon seks dan menghambat aktvitas enzim pada lintasa sintesis estrogen.
Ketika mengalami katabolisme,
estrogen akan membentuk berbagai senyawa intermediat yang
disebut estrogen-katekol melalui 2 lintasan 2-hydroxylation dengan
enzim CYP1A1 dan 4-hydroxylation dengan
enzim CYP1B1, untuk dieliminasi dengan berbagai proses seperti metilasi dengan
enzim catechol-o-methyltransferase, hidroksilasi, oksidasi, detoksifikasi, sulfinasi dengan
enzim sulfotransferase, danglusuronidasi dengan
enzim UGT. Pada umumnya senyawa estrogen-katekol mempunyai waktu paruhyang
pendek karena segera termetilasi menjadi 2-methoxyestradiol dan 4-methoxyestradiol. Senyawa estrogen-katekol dapat
bersifat tumorigenik atau
anti-tumorigenik, misalnya 4-hydroxyestradiol memiliki
sifat hormonal dengan
mengaktivasi pencerap estrogen, dan menginduksi adenokarsinoma padaendometrium.
Sedangkan 2-methyoxyestradiol memiliki
aktivitas antitumorigenik dengan menghambatproliferasi dan angiogenesis pada sel tumor.
2.6.2. Peptida- Protein
1.
Insulin
Insulin (bahasa Latin insula, “pulau”, karena diproduksi di Pulau-pulau Langerhans di pankreas)
adalah sebuah hormon polipeptida yang
mengatur metabolisme karbohidrat. Selain merupakan “efektor” utama
dalam homeostasis karbohidrat,
hormon ini juga ambil bagian dalam metabolisme lemak (trigliserida)
dan protein –
hormon ini memiliki properti anabolik. Hormon tersebut
juga memengaruhi jaringan tubuh lainnya.
Insulin menyebabkan sel (biologi) pada otot dan adiposit menyerap glukosa dari
sirkulasi darah melaluitransporter glukosa GLUT1 dan GLUT4 dan menyimpannya
sebagai glikogen di
dalam hati dan otot sebagai sumber energi. Kadar insulin yang rendah akan
mengurangi penyerapan glukosa dan tubuh akan mulai menggunakan lemak sebagai sumber
energi.
Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus.
Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen
(disuntikkan ke bawah kulit/subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan
absolut hormon tersebut; pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki
tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin, dan kadang
kala membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk
mengatur kadar glukosa darah.
1.
Glukagon
Glukagon adalah antagonis dari insulin: Pada
prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam darah. Dia diproduksi di sel alpha
dari pankreas. Glukagon melewati dalam proses sintesenya yang disebut sebagai limited proteolyse, yang
artinya molekul glucagon berasal dari prohormon yang lebih tepatnya disebut
sebagai prohormon. Gen untuk glukagon selain di pankreas juga terdapat di otak dan sel
enteroendokrin L di sistem pencernaan (Ileum dan Kolon).
Struktur primer dari Glukagon adalah yang terdiri dari
29 asam amino dan
mempunyai massa molekul 3483 Da. His-Ser-Gln-Gly-Thr-Phe-Thr-Ser-Asp-Tyr-Ser-Lys-Tyr-Leu-Asp-Ser-Arg-Arg-Ala-Gln-Asp-Phe-Val-Gln-Trp-Leu-Met-Asn-Thr
2.7. Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot
molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,
yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
1.
Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut
dalam lemak yang
berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik.[1] Terdapat
beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat.[1] Akan
tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan
dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di
dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan,susu, keju, dan hati. Rumus kimia untuk
Vitamin A adalah C20H30O.
1.
Vitamin D
Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Vitamin D
dikenal juga dengan namakalsiferol. Penamaan ini berdasarkan International Union of
Pure and Applied Chemist (IUPAC). Di dalam tubuh,
vitamin ini banyak berperan dalam pembentukkan struktur tulang dan gigi yang baik.
Vitamin ini banyak ditemukan pada jeruk, stroberi, tomat, brokoli, dan
sayuran hijau lainnya.
Vitamin ini sendiri merupakan turunan dari molekul steroid yang
merupakan salah satu turunan darikolesterol.
Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2
atau dikenal juga dengan nama ergokalsiferol ini
berasal dari turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan
tanaman. Vitamin D3 (kolekalsiferol) sendiri
berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol.
Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Padaginjal,
vitamin D dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihydroxycholecalciferol.[6
1.
Vitamin E
Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas molekul (tocopherol dan tocotrienol) yang memiliki
aktivitas vitamin E dalam nutrisi.
Vitamin E bukan nama untuk setiap satuan bahan kimia spesifik
namun, untuk setiap campuran yang terjadi di alam yang menyediakan
fungsi vitamin E dalam nutrisi.
1.
Vitamin K
Vitamin K (K dari “Koagulations-Vitamin” dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Denmark)
merujuk pada sekelompok vitamin lipofilik dan hidrofobik yang
dibutuhkan untuk modifikasi pascatranslasi dari
berbagai macam protein, seperti dalam proses pembekuan darah. Secara
kimia vitamin ini adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinona. Vitamin
K bersifat tahan panas, tetapi akan segera rusak apabila terpapar senyawa asam,
basa, dan cahaya matahari.
Pada manusia,
vitamin K didapat dari nutrisi asupan makanan dan
mikroflora pada saluran pencernaan. Di dalam hati, vitamin K dibutuhkan
untuk mengaktivasi protrombin dengan reaksi karboksilasi gugusGlu pada
residu protein prekursornya.
Asam glutamat yang mengalami reaksi karboksilasi akan berubah menjadi asam karboksiglutamat
gamma.
Vitamin K2 (menakuinona, menatetrenona) secara
normal diproduksi oleh bakteri dalam saluran pencernaan manusia, dan defisiensi gizi akibat diet yang
sangat jarang terjadi kecuali saluran pencernaan mengalami kerusakan yang
sangat parah sehingga tidak dapat menyerap molekul.
Vitamin ini ditemukan dalam sayuran hijau, seperti bayam, katuk, kol, selada, dan brokoli.
2.8. Membran
Lipid (terutama fosfolipid) dan protein adalah senyawa
penyusun membran yang utama. Lipid membentuk inti hidrofobik dengan permukaan
yang bersifat polar. Sedangkan proteinnya berperan melawan berbagai fungsi
biologis yang ada hubungannya dengan membran, misalnya katalis reaksi kimia
atau pengangkutan selektif senyawa dari satu ruang ke ruang yang lain. Membran
memiliki struktur yang tidak simetris dan masing-masing sisinya berbeda.
Membran plasma, yang sebenarnya merupakan selaput pembatas sel, juga memiliki
rantai karbohidrat yang menjuntai keluar dari permukaan luarnya. Beberapa
protein tertanam kukuh pada salah satu permukaan, sedangkan sejumlah protein
yang lain menembus membran sehingga ujung-ujung molekulnya menyembul keluar
dari kedua permukaan. Membran dapat juga terkait pada protein struktural yang
terdapat di dalam sel seperti misalnya filamen kontraktil dan mikrotubulus.
(Mcglivery, 1996)
Inti membran memiliki struktur berupa lapisan ganda
yang tersusun dari molekul fosfolipid. Struktur lapis ganda seperti ini tidak
dapat membentuk permukaan yang luas karena goncangan halus saja dalam air akan
membuatnya terpecah menjadi bercak-bercak yang akan menutup berbentuk
gelembung-gelembung kecil berisi air didalam larutan. Tidak ada suatu komposisi
yang pasti untuk membentuk inti lipid membran. Inti harus memiliki tingkat
kekakuan tertentu, tetapi masih cukup cair agar lipid penyusun serta protein
yang tertanam didalamnya dapat bergerak ke samping. (Mcglivery, 1996)
Sebagian besar inti lipid mungkin berwujud kristal
cair, dengan gugus polar dibagian kepala yang saling berhubungan dan tertata
dalam susunan teratur, dan ekor rantai lemak yang lebih leluasa bergerak secara
acak. Dengan demikian keadaan inti membran tidaklah homogen. Inti lipid harus
sesuai dengan membran, yang dapat berbeda-beda mulai dari permukaan luas yang
terdapat pada permukaan sel sampai pada lipatan-lipatan ketat seperti pada
membran dalam mitokondria. (Mcglivery, 1996)
1.
Protein Membran
Tiap jenis membran memiliki fungsi biologis yang khas
karena protein tertentu. Fungsi berbagai membran saling berbeda karena
proteinnya juga lain. Tetapi ada suatu struktur umum yang dimiliki semua
membran. Ada yang mengandung protein yang tertanam pada salah satu permukaan
inti lipidnya atau terentang dari satu sisi ke sisi lainnya menembus inti lipid
dan berhubungan dengan fase air.
Di dalam membran terdapat spektrin yang membuat
eritrosit dapat bertahan lebih lama dalam peredaran tanah. Tampaknya protein
bisa behubungan dengan inti lipid karena molekulnya memiliki permukaan
hidrofobik yang harus terlindung dari air sekitarnya. (Mcglivery, 1996)
1.
Reseptor Membran
Banyak protein dan karbohidrat yang terpapar di
permukaan membran, terutama permukaan membran plasma, yang berfungsi memngikat
senyawa yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Pengikatan semacam ini sering
dipakai reseptor untuk mengidentifikasi molekul yang akan diambil dan
dimasukkan dalam sel melewati membran plasma. Pengikatan spesifik
karbohidrat-protein seperti itu tidak selalu menguntungkan. Beberapa racun
seperti toksin, kolera, dan risin, mengandung suatu bagian yang spesifik untuk
membran plasma. Bila termakan, toksin tersebut akan terikat pada sel mukosa
usus dan diserap, serta membawa akibat yang merugikan. (Mcglivery, 1996)
Reseptor pengikat molekul atau partikel yang akan
dimasukkan secara endositosis berupa suatu cekungan yang dasarnya dilapisi
suatu protein. Protein yang melapisi cekungan berlapis disebut klatrin. Protein
ini membentuk semacam sangkar disekeliling molekul atau partikel yang
bersangkutan. Sementara itu klatrinnya berdaur-ulang menuju membran plasma
bersama dengan molekul reseptor dari vesikula yang telah kosong untuk membentuk
kembali kecekungan berlapis dipermukaan sel. (Mcglivery, 1996)
Lektin adalah protein yang juga mengikat gugus
karbohidrat spesifik, tetapi berbeda dengan protein reseptor karena bersifat
multifalen. Berarti satu molekul lektin dapat mengikat beberapa molekul karbohidrat.
Kini diketahui bahwa protein penyebab aglutinasinya, yakni lektinnya secara
spesifik mengikat gugusan karbohidrat pada membran plasma. Spesifisitas lektin
menjadikan golongan senyawa ini bermanfaat untuk mengidentifikasi gugus
karbohidrat yang terikat pada membran. (Mcglivery, 1996)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas didapatkan kesimpulan,
bahwa:
1.
Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut
di dalam air tetapi larut di dalam pelarut-pelarut organik.
2.
Lipid memiliki fungsi penting, yaitu:
1. Sebagai penyusun struktur membran sel
2. Sebagai cadangan energi
3. Sebagai hormon dan vitamin
1.
Sifat-sifat Lipid
Sifat Fisik Lemak
Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat
padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
Sifat Kimia Lemak
Pada umumnya lipid tidak larut dalam air, karena
mengandung hidrokarbon adalah nonpolar. Akan tetapi asam lemak, beberapa
fosfolipid, sfingolipid mengandung lebih banyak bagian yang polar dibandingkan
dengan bagian yang non polar. Karena itu dinamakan polar lipid. Polar lipid
tersebut sebagian larut dalam air, dan bagian lain larut dalam pelarutan
nonpolar.
3.2. Saran
Lipid merupakan molekul yang sangat dibutuhkan bagi
tubuh namun juga memberikan dampak negatif jika berlebihan. Oleh karena itu,
konsumsi lipid harus dalam keadaan seimbang. Lipid dapat dimanfaatkan dalam
bentuk lain berdasarkan berbagai bentuknya. Misalnya minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Aden. 2011. Pengertian Hormon. http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2198674-pengertian
hormon/#ixzz1tRNjxij3. Diakses tanggal 29 April 2012
Iskandar, Yuli. 1974. Biokimia
Bagian I. Yayasan Dharma Graha : Jakarta.
Mcglivery, Robert. 1996. Biokimia : Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi Ketiga. Airlangga
University Press : Surabaya.
Montgomery, Rex. 1993. BIOKIMIA
: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Gadjah Mada University Press.
: Yogyakarta.
Rolifartika. 2011. Sifat Lipid. http://rolifhartika.wordpress.com/kimia-kelas-xii/8-makromolekul/a-lemak/sifat-lemak/.
Diakses tanggal 29 April 2012
Toha, Abdul Hamid A.,2005. BIOKIMIA : Metabolisme Biomolekul. Anggota Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI ) : Manokwari
Zulfikar, 2010. Steroid. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/biomolekul/steroid/. Diakses tanggal 29 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar